Pariwisata salah satu sector yang menyumbang devisa dan
pendapatan bagi Negara. Namun bencana
tidak dapat dihindari, tentu tidak ingin ada yang liburannya kacau akibat
bencana. Beberapa rekan saya sudah merencanakan liburan. Bertepatan saat kabut
asap yang berdampak pada daerah Sumatera dan Kalimantan.
Kementrian Pariwisata berinisiatif untuk membentuk Crisis
Center. Upaya preventif dan repsontif terhadap bencana yang tidak
diduga. Ternyata sudah ada hal yang dilakukan oleh Crisis Center, Kementrian
Pariwisata, yaitu: riset, diseminasi, dan pendampingan di saat terjadi bencana seta
rehabilitasi.
Seperti saat erupsi
Gunung Barujari di Lombok, Crisis Center sudah memulai tugasnya.
Membantu para pelaku pariwisata untuk memberi pelayuanan terhadap wisatawan,
yang terkena damp[ak erupsi baik menyangkut transportasi, akomodasi dan
lainnya. Demikian juga saat erupsi
Gunung Raung, tersedia Crisis Center di Bandara Ngurah Rai, Bali dan Bandara
Juanda, Surabaya.
Selain itu ternyata Kementrian Pariwisata saat ini
menyiapkan website dan aplikasi, di mana masyarkat bisa mengetahui prakiraan
bencana dan sampai kapan akan terjadi. Namun saat ini masih untuk keperluan
internal Kementrian Pariwisata, semoga ke depannya akan dibuka akses ke public juga.
Terlebih dengan target 120 juta wisatawan di tahun 2016,
tentunya keberadaab Crisis Center akan sangat penting. Untuk antisipasi bencana
dan wisatawan merasa lebih tenang seandainya terjadi bencana.
Wah ada kemajuan ya dari kemenpar. Semoga semangat mereka terus bekerja dan bekerja
BalasHapus