Waspada Anak sebagai Target Perokok Pengganti!

Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap 31 Mei 2016, saat saya melihat postingan di beragam media sosial dengan ragam tagar mulai dari #NoTobaccoWorldDay dan #TerimaKasihTembakau yang namun saya lebih tertarik dengan tagar #TolakJadiTarget.

Tagar #TolakJadiTarget menjadi menarik tak kala menjadi sebuah tagar suatu acara peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Taman Ismail Marzuki.

Pembahasan tembakau dan rokok yang berbahaya bagi kesehatan, mungkin menjadi hal yang biasa. Namun bagaimana dengan fakta menyedihkan bahwa anak-anak yang menjadi perokok. Di berita rasanya di berbagai daerah ada anak kecil yang merokok. Bagaimana kira-kira perasaanya saat mengetahui anak kecil yang merokok di berita?

Kalau saya merasa sedih. Saya terkaget mengetahui data perokok anak di Indonesia.

Data Perokok Anak di Indonesia
Data Perokok Anak di Indonesia


Anak-anak dan generasi muda adalah target perokok pengganti. Perokok biasanya akan berhenti merokok saat sakit paru-paru dan stroke. Agar perusahaan rokok bisa terus mendapatkan pelanggan baru, harus ada "pengganti" konsumen yang baru. Anak dan generasi muda adalah target potensial konsumen baru.

Biaya yang dikeluarkan perusahaan rokok sekitar 11 Triliun untuk keperluan iklan dan promosi rokok. Untuk mendapatkan konsumen baru, setelah menjadi perokok dan maka akan kecanduan rokok dan perusahaan rokok mendapatkan "nilai ekonomi" dari perokok selama 20-30 tahun. Hingga perokok mengalami sakit dan kemudian berhenti. Betapa besarnya pendapatan yang didapatkan perusahaan rokok, dibandingkan biaya promosi 11 Triliun.

Dampak dan bahaya merokok tidak perlu diragukan lagi. Tak ada juga hubungan merokok dengan meningkatnya kreativitas seseorang. Jadi tanpa merokok siapapun bisa tetap kreatif.

Anak-anak dan generasi muda tanpa rokok, tetap bisa berkarya dengan baik. Waspada pada anak dan generasi muda di sekitar kita, jangan sampai menjadi "perokok pengganti!".

Komentar