Kenali dan Deteksi Dini Hepatitis, Selamatkan Generasi Penerus Bangsa

Pada momen Hari Hepatitis Sedunia tahun 2018, Kementerian Kesehatan mengangkat tema "Deteksi Dini Hepatitis Selamatkan Generasi Penerus Bangsa". Hari Hepatitis Sedunia setiap tahunnya diperingati setiap tanggal 28 Juli, menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan perhatian, kepedulian, dan pengetahuan akan penyakit hepatitis.

Pandangan pada umumya penderita hepatitis memiliki kult warna kuning, kemudian jenis hepatitis mulai dari A sampai dengan dianggap sebagai tingkat keparahan penyakit, benarkah anggapan tersebut?

Pada tanggal 27 Juli 2018 di Kementerian Kesehatan pada momen peringatan Hari Hepatitis Sedunia. Rekan-rekan blogger berkesempatan mengenal penyakit hepatitis dari ahlinya. Diawali dengan sapaan dari mas Anjari kepada para blogger, sudah cukup lama juga saya tidak bertemu dengannya.


Narasumber pertama adalah dr. Wiendra Waworuntu, M. Kes sebagai Drektur Pencegahan dan Pengendalian Menular Langsung, Kementerian Kesehatan memberikan penjelasan tentang sejarah hari hepatitis sedunia. Pada 28 Juli diperingati sebagai hari hepatitis sedunia karena merupakan tanggal lahir penemu virus Hepatitis B, bernama Baruch Samuel Bloomberg.


Dengan diadakannya peringatan Hari Hepatitis Sedunia, agar terjadi peningkatan perhatian, kepedulian, dan pengetahuan tentang besarnya masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh virus hepatitis. Hepatitis berasal dari dua kata: hepar yang artinya hati dan itis yang artinya radang, sehingga hepatitis berarti peradangan hati. Penyebab hepatitis terbanyak adalah virus hepatitis, selain dari penyebab lainnya: perlemakan, parasit, obat-obatan, alkohol, dan jenis virus lainnya.

Penyakit Hepatitis terdiri dari hepatitis A-E berdasarkan jenis virus dan cara penularannya: Hepatitis A dan Hepatitis E melalui kotoran - mulut, sedangkan Hepatitis B, Hepatis C, dan Hepatitis D dikarenakan kontak cairan tubuh. Masyarakat biasanya tidak menyadari jika terkena hepatitis, sehingga penyakit hepatitis disebut penyakit silent killer. Bahkan satu dari empat penderita hepatitis akan meninggal karena kanker atau gagal hati.


Pada penularan hepatitis A dan E bisa disebabkan karena  kontak dengan makanan atau benda yang terkontaminasi dengan virus hepatitis. Lain halnya pada hepatitis B dan C ditulatkan melalui ibu ke anak, anak ke anak agai dari dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak discreening, penggunaan jarum suntik yang tidak aman, hubungan seksual yang tidak aman, dan kontak dengan darah. Fakta yang cukup mengejutkan bahwa 1 dari 10 penduduk Indonesia mengindap Hepatitis B.

Pada penularan hepatitis B secara vertikal berpotensu terjadi dari ibu pengidap virus hepatitis B ke bayi yang dikandung atau dilahirkan, sehingga dilakukan prioritas deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil. Pasca melahirkan bayi lahir kurang 24 jam harus segera divaksinasi HBO dam pada bayi lahir dari ibu penderita Hepatitis B diberikan vaksin HBIG. Proses vaksinasi pada bayi diberikan secara konsisten pada jangka waktu tertentu.

Banyak orang yang tidak memuliki gejala dan tidak tahu jika, terinfeksi virus Hepatitis C. Biasnya baru akan terasa jika sudah mencapai hepatitis kronik dan mengalami tingkat kronik. Pada hepatitis C hari akan mulai meradang (fibrosis liver), kemudian mengalami sirosis hati, dan pada akhirnya menjadi kanker hati. Sedangkan pada hepatitis B tidak melaluo fase mengalami sirosis hati karena bis masuk ke dalam inti sel.

Kerugian negara akibat Hepatitis B cukup besar jika diabaikan. Pada satu kasus seseorang yang mengalami sirosis hati, diperlukan biaya 1 Milyar dan kanker hati diperlukan biaya 5 Milyar. Dalam hal ini biaya perawatan penderita ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), ada potensu 120.000 bayi yang menderita hepatitis B dan 95% berpotensi mengalami hepatitis kronis.


Pemerintah sudah melakukan upaya pengendalian hepatitis di Indonesia, sehingga bisa tercapai target eliminasi penyakit hepatitis B dan C pada tahun 2030 dengan deteksi dini:

1) Sosialisasi faktor risiko penyakit hepatitis di 34 provinsi.

2) Melakukan imunisasi rutin Hepatitis B pada bayindi 34 provinsi dengan capain 93,5%.

3) Deteksi dini Hepatitis B sudah dilakukan di 34 provinsi dan 244 kabupaten/kota.

4) Deteksi dini hepatitis B sebanyak 742.767 ibu hami dan berhasil melindunhi 7.268 bayi dari ancaman penularan vertikal dari ibunya.

Narasumber kedua adalah Dr.dr Andri Sanityoso Sulaiman, SpPD-KEGH sebagai Sekretaris Jendral PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) yang menyampaika faktanya bahwa hanya 10% penderita hepatitis yang menunjukan perubahan warna kulit menjadi kuning. Tidak ada juga kaitannya jenis Hepatitis A hingga E dengan tahapan seseoramg terkena hepatitis. Selain itu juga hepatitis bukanlah penyakit keturunan, melainoan terjadi penularan dari ibu mengandung kepada bayi.


Hepatitis B bisa dicegah dengan memberikan vaksinasi, tetapi tidak bisa diobati. Sedangkan pada hepatitis C tidak dapat dicegah, tetapi ada kemungkinan sembuh mencapai 20%. Kita perlu menjaga makanan yang dikonsumsi, agar tidak terkontaminasi virus bisa menyebabkan Hepatitis A.

Komentar

  1. Baca ini jadi ingat Ghaza belum di vaksin hepatitis A 😅. Kalau vaksin hepatitis B alhamdulillah sudah lengkap.

    BalasHapus

Posting Komentar